Mohon tunggu...
David Herdy
David Herdy Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis lepas yang aktif menulis fiksi dan non fiksi tema ruang publik sebagai bagian dari narasi ingatan kolektif. "Menulis adalah upaya kecil untuk mengabadikan pikiran sebelum ia lenyap. Karena ide tak punya kaki, kecuali kutuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ngakak di Sawah, Garam di Mulut, dan Kerbau yang Tak Pernah Minta Maaf

30 Mei 2025   10:33 Diperbarui: 30 Mei 2025   10:33 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Editing Canva

"Kisah KKN Beiji Depok 1996 yang Tak Pernah Lulus dari Ingatan"

Sawah, Sepatu, dan Seekor Kerbau yang Licik

"Hidup adalah perjalanan menginjak hal-hal yang tak selalu kita lihat, tapi selalu kita ingat."

KKN di Beiji, Depok tahun 1996 adalah masa ketika dunia terasa luas tapi kita begitu nekat melangkah. Sebagai mahasiswa UI yang lebih sering bergulat dengan buku dan diskusi panas di kantin " balsem" ( dibaca: balik semak ) kami pikir KKN adalah waktu istirahat: menyatu dengan warga, menjalankan program sosial, lalu... banyak ngumpul dan ngakak.

Malam itu, entah siapa yang punya ide bodoh---barangkali aku sendiri---kami berjalan ke sawah untuk "mencari inspirasi". Maksudnya? Nggak jelas. Tapi kami berbekal senter, satu gitar, dan rasa percaya diri berlebihan. Langkahku mantap, penuh semangat, sebelum tiba-tiba terdengar suara plek... jebluk! di bawah sepatu.

Hening. Lalu meledaklah tawa satu regu.

"Astaga, lu nginjek apaan, Bro?" seru si Andri sambil menunjuk ke bawah. Aku menunduk. Senter diarahkan. Di situ, mengilat kehitaman, lembek dan bulat: kotoran kerbau, segar, berkilau dalam sinar bulan.

Sepatuku? Selamat tinggal, Nike KW Tiga. Bahkan kerbau pun mungkin tertawa dari kejauhan.

Ada saat di mana kita tak butuh refleksi diri---cukup cuci sepatu dan tertawa bersama.

-- Malam di Beiji, 1996

Tidur Bareng, Garam di Bibir, dan Dosa Kolektif

"Teman sejati adalah mereka yang tak tidur duluan, atau setidaknya siap menanggung akibatnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun